Ingin Menulis tetapi Tidak Pernah Memulainya

Saya bertemu banyak orang yang mengaku ingin menulis. Ada yang ingin menulis fiksi -baik itu cerita pendek maupun novel. Ada yang ingin menulis artikel opini, esai, memoar, buku panduan self help, buku akademik, buku ilmiah populer, dan beragam buku nonfiksi lain.

Seingat saya, lebih banyak di antara mereka yang mengaku ingin ketimbang yang mengaku sedang menulis. Bahkan tidak banyak yang mengaku akan menulis. Banyak orang yang ingin menulis, tetapi sangat sedikit di antara mereka yang sudah memulai langkahnya untuk mewujudkan keinginan itu.

Di beberapa bagian buku dan artikel-artikel yang pernah saya baca, tidak memulai langkah menulis itu dipandang sebagai salah satu kesalahan orang yang cuma punya keinginan menulis saja. Kesalahan ini membuat wannabe akan tetap menjadi wannabe. Keinginan hanya menjadi keinginan saja selama tidak pernah ada langkah awal nyata untuk mewujudkannya.

Di buku dan artikel-artikel tersebut, para wannabe writers itu biasanya didorong agar segera memulai langkah untuk menulis. Ambil pena dan kertas, mulailah menulis! Nyalakan komputer di kamarmu, dan mulailah menulis! Manfaatkan smartphone-mu untuk mulai menulis bahkan di sela-sela waktu kau menunggu jadwal keberangkatan di bandara! Nasihat-nasihat seperti itu yang sering disodorkan kepada mereka yang ingin menulis.

Saya tidak bisa melihatnya begitu. Tidak memulai langkah menulis bukanlah kesalahan, melainkan masalah yang dihadapi oleh mereka yang ingin menulis. Jujur saja, bahkan Anda dan saya yang terbiasa menulis pun masih sering bermasalah dalam memulai menulis, bukan?

Nasihat seperti “Ayo, segerakan saja untuk mulai menulis” bisa membingungkan dan bahkan menyurutkan niat orang yang ingin menulis, terutama jika mereka tidak mengetahui praktik menulis. Tentu saja kita perlu memiliki motif, alasan, dan dorongan untuk menulis. Namun itu saja tidak cukup.

Ada orang-orang yang mengaku ingin menulis tetapi belum punya waktu untuk memulainya. Mereka mungkin belum memahami bahwa menulis itu kegiatan yang menuntut komitmen. Untuk menunjukkan komitmennya, mereka tidak harus memberikan porsi waktu yang sangat besar untuk kegiatan menulis. Mereka hanya perlu bertekad dan berdisiplin untuk menulis selama beberapa jam saja dalam seminggu, misal.

Ada juga orang-orang yang berkomitmen untuk menulis tetapi ketika sudah di depan komputernya tidak tahu apa yang harus mereka tulis. Mereka tidak punya bahan yang cukup untuk menulis. Ketika menghadapi layar komputer yang kosong itu mereka baru menyadari bahwa kegiatan menulis itu hampir mirip dengan kegiatan memasak. Kita tidak bisa memasak jika tidak punya bahan yang cukup untuk dimasak, bukan? Saya sulit membayangkan seseorang bisa menulis dengan baik tanpa punya kebiasaan membaca.

Ada juga orang yang mengaku sudah sangat termotivasi, berkomitmen, dan punya bahan yang cukup untuk menulis, tetapi tetap tidak bisa memulai menulis. Itu bisa terjadi jika mereka tidak mengenal keterampilan menulis. 

Keterampilan menulis itu mencakup banyak kecakapan seperti menemukan dan mengembangkan gagasan, melakukan riset, menyusun alur cerita atau alur argumen, menyusun dan mengembangkan draf, mengedit, dan beberapa kecakapan lainnya. Keterampilan pasti selalu berurusan dengan strategi, cara, teknik, dan praktik.

Bagaimana dengan Anda? Apakah masih sulit memulai untuk menulis? Coba ceritakan pengalamanmu.

Kontak